Hijaunya barisan hutan bakau yang memanjang membelah perbatasan antara pantai dan daratan menjadi pemandangan yang sangat indah di Desa Wisata Kreatif Terong Belitung. Kawasan yang merupakan bagian dari pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Bakau Pemuda Nelayan Pecinta Alam Terong seluas 205 ha adalah ‘paru-parunya’ Desa Wisata Kreatif Terong dan sekitar dengan kualitas oksigen yang sangat baik. Daun-daun bakau yang menempel di pohon dengan ketinggian yang berbeda-beda membentuk sebuah lukisan diagram sangat bervariasi seolah menggambarkan naik turunnya kehidupan dan bagaimana grafik kehidupan akan terus dipacu untuk terus dinamis dengan kenaikan kualitas yang bermakna baik.
Keluar dari lebatnya hutan bakau menuju pantai para pelancong akan disuguhi riak-riak air laut yang sangat jernih saat sedang pasang dan akan disuguhi kawasan berpasir putih sangat bersih dan luas saat air laut sedang surut. Saat air laut surut menjadi ‘surganya’ anak-anak pesisir pantai bermain bersama teman-temannya untuk menikmati alam yang telah diletakkan sedemikian rupa oleh Sang Maha Pencipta di desa ini. Mereka berlarian berkejaran di pantai tanpa rasa khawatir tersandung karang atau tercebur di laut dalam, semuanya menghampar sangat luas seperti karpet putih yang dibentangkan.
Dengan kondisi lingkungan pesisir yang friendly seperti ini pada akhirnya membuat anak-anak di Desa Wisata Kreatif Terong Belitung menjadi paham sejak dini tentang perubahan yang terjadi disekitar pantai, mereka jadi sangat tau kapan air laut surut dan kapan pasangnya. Ketika air laut pasang mereka memilih mandi di pantai sepulang sekolah bersama rekan-rekannya. Begitupun saat air laut surut mereka malah memilih beraktiftas pergi ke pantai untuk mencari keremis, bermain dengan bahagia, berlarian sambal sesekali membuat patung rumah-rumahan dengan pasir putih yang mereka kumpulkan bersama.
Baca juga : Wisata Mencari Keremis
Anak-anak pesisir sebenarnya sudah sejak dini peduli dengan lingkungan mereka, terbukti mereka tidak pernah merusak pohon-pohon bakau yang dilewatinya, termasuk tidak pernah membongkar bongkahan batu karang hanya sekedar untuk mencari keremis, ikan, udang dan kepiting apalagi hanya untuk iseng. Dan mereka juga sudah sejak dini membangun rasa kebersamaan dan melakukan gotong royong bersama rekan sejawatnya untuk menyelesaikan setiap pekerjaan walau hanya sebatas membuat patung rumah-rumahan. Lihatlah sore itu saat Mimin berburu photo sunset di pantai dan ketemu dengan rombongan anak-anak pesisir Desa Wisata Kreatif Terong yang sedang mencari Keremis, mereka saling membantu mengumpulkan Keremis yang didapat dalam satu wadah karung anyaman yang sama. Tidak ada saling iri dan bantah-bantahan di antara mereka. Yag ada adalah senda gurau, gelak tawa dan saling memotivasi untuk makin semangat mencari Keremis. Biasanya Keremis yang mereka dapat setelah terkumpul dalam jumlah banyak akan mereka jual kepada pengepul yang ada di desa lalu uang dari hasil penjualan mereka bagi rata untuk jajanan bersama lagi. Sangat indah bukan kebersamaan anak-anak pesisir ?
Sejatinya kemudian hendaknya sifat anak-anak pesisir pantai Desa Wisata Kreatif Terong Belitung yang sudah terbangun baik sejak dini ini menjadi modal berharga untuk membangun Indonesia dari pinggiran (dari desa) dengan lebih baik lewat pengembangan sumber daya manusia desa wisata yang berkualitas. Tugas Kita-lah selaku insan yang peduli dengan desa wisata agar sifat-sifat mulia saling membantu, bergotong-royong, saling memotivasi, menjaga lingkungan yang makin lestari dan berkelanjutan ini menjadi sebuah kearifan lokal yang berharga serta terjaga, lalu diperkenalkan kepada setiap wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Kreatif Terong Belitung bahwa sebenarnya hidup di desa itu selalu bahagia.
Penulis : Iswandi (Perintis dan Pengelola Desa Wisata Kreatif Terong Belitung)