Mungkin sebagian dari kita agak asing ketika mendengar atau membaca tentang konsep regenerative tourism atau pariwisata regenerative. Namun sebenarnya secara tak sadar selama ini sudah banyak yang menerapkan konsep pariwisata regenerative sejak dari beberapa tahun lalu. Lalu pertanyaan berikutnya yang muncul yaitu apa perbedaannya dengan konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan yang sudah terlebih dahulu di dengung-dengungkan oleh banyak pihak ? Sabar yaa, melalui tulisan yang sederhana ini penulis akan mencoba sedikit untuk berbagi pengetahuan dengan para penggiat desa wisata khususnya Desa Wisata Belitung yang saat ini sedang semangat-semangatnya mengembangkan potensi desa wisata masing-masing.
Namun sebelum menjelaskan secara detail mengenai konsep regeneratif tourism ini, ijinkan penulis menyampaikan bahwa salah satu tokoh yang memperkenalkan konsep ini adalah Dr. Anna Pollock. Beliau adalah seorang pemikir strategis dan konsultan pariwisata berkelanjutan yang telah lama berkontribusi dalam mengembangkan konsep dan praktik pariwisata berkelanjutan. Ia juga dikenal sebagai pendiri Conscious Travel, sebuah perusahaan konsultan yang berfokus pada konsep pariwisata regenerative ini.
Regeneratif tourism adalah konsep yang melampaui pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) tradisional dengan lebih fokus pada pemulihan dan regenerasi lingkungan serta masyarakat lokal. Tujuan utamanya adalah meninggalkan destinasi yang lebih baik daripada kondisi saat ini.
Dalam era perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang massif dan terus menerus saat ini, regenerative tourism menjadi solusi yang sangat penting untuk mengurangi dampak negative pariwisata (mass tourism) dan memperbaiki kerusakan yang sudah ada
Perbedaan konsep keduanya terletak pada fokus, tujuan dan ruang lingkup. Dimana jika konsep sustainable tourism bertujuan untuk mengurangi dampak negative pariwisata terhadap lingkungan, budaya dan ekonomi serta memastikan keberlanjutan jangka panjang. Jadi pada dasarnya konsep sustainable tourism berupaya untuk mempertahankan kondisi saat ini. Praktiknya sustainable tourism menerapkan praktuk energi berkelanjutan, pengurangan limbah, sampah, konservasi sumber daya alam dan perlindungan budaya. Sementara tujuan konsep sustainable tourism berusaha untuk mempetahankan status quo dan berusaha mencapai keseimbangan antara pariwisata, lingkungan dan masyarakat. Tujuannya mencegah kerusakan lebih lanjut dan meminimalkan dampak negative. Lalu ruang lingkup konsep sustainable tourism berfokus pada Tindakan dan kebijakan yang dapat diterapkan pada tingkat destinasi, seperti pengeloalaan suatu taman nasional, pengelolaan sumber daya air atau pengembangan transportasi berkelanjutan.
Sedangkan konsep regenerative tourism fokusnya lebih terlihat ambisius dengan tujuan mengembalikan sekaligus memperbaiki kondisi lingkungan, budaya dan ekonomi suatu destinasi pariwisata. Jadi pendekatannya berpusat pada pemulihan atau regenerasi dengan cita-cita besarnya adalah meninggalkan destinasi yang makin baik daripada kondisi awalnya. Praktiknya berfokus pada restorasi, regenerasi dan peningkatan lingkungan serta pelibatan masyarakat lokal yang makin berkualitas. Jadi lebih kepada pendekatan yang proaktif dalam memperbaiki kerusakan lingkungan yang sudah ada dan memulihkan keanekaragaman hayati serta kehidupan yang makin berbudaya. Lalu tujuan konsep regenerative tourism adalah untuk memberikan dampak positif yang nyata dengan memulihkan ekosistem, membangun kembali masyarakat yang berbudaya (budaya asli lokal) untuk menciptakan destinasi yang lebih baik secara keseluruhan. Dan menyangkut ruang lingkup pengelolaan regenerative tourism lebih melibatkan transformasi yang lebih luas dan holistic dalam cara kepariwisataan saat dijalankan, termasuk perubahan dalam prilaku, pola pikir (mindset) dan praktik bisnis yang wajib melibatkan pemangku kepentingan pariwisata.
Jadi sebenarnya bahwa konsep regenerative tourism dapat dianggap sebagai evolusi dari konsep sustainable tourism, dengan fokus yang lebih kuat pada restorasi dan pemulihan ekosistem. Namun sejatinya baik konsep regenerative tourism maupun konsep sustainable tourism sama-sama memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam mempromosikan pariwisata yang lebih berkelanjutan dan berdampak positis yang lebih luas.
Dan secara garis besar sebenarnya bahwa konsep keduanya lebih menitikkan beratkan membangun kesadaran kolektif baik pengelola suatu destinasi, masyarakat lokal, pemerintah, swasta, akademisi, bisnis dan media serta wisatawan itu sendiri untuk paham pentingnya membangun serta mewariskan suatu destinasi pariwisata yang makin baik dari awal saat ini. Sifatnya lebih kepada penerapan bersifat pendidikan, edukatif dan implementatif kepada semua pihak. (Beberapa kalimat dalam tulisan ini disadur dari blog Nurdin Hidayah sebagai refrensi dan dasar tulisan mengenalkan lebih jauh tentang konsep Regeneratif Tourism).
So, untuk itulah maka kemudian keberadaan Desa Wisata Kreatif Terong yang sudah sejak dari awal sangat konsens mengemas produk wisata edukasi yang menitikkan beratkan kepada konservasi lingkungan seperti wisata edukasi tanam bibit mangrove, wisata hiking yang mengenalkan keberagaman hayati, wisata telusur mangrove yang mengenalkan berbagai jenis tanaman mangrove beserta fungsi-fungsinya. Lalu konservasi budaya seperti mengemas produk wisata edukasi belajar tarian tradisional Belitung, belajar berpantun, belajar musik gambus dan lain-lain. Termasuk mengemas produk wisata belajar masak menu makan bedulang, belajar menganyam dan belajar membuat berbagai kue tradisional Belitung.
Apalagi salah satu daya tarik wisata yang ada di Desa Wisata Kreatif Terong yaitu lokasi Wisata Aik Rusa' Berehun memang berasal dari reklamasi bekas tambang timah secara swadaya rentang waktu 2013 - 2016 oleh warga sekitar yang di motori oleh Pak Zubir dan kawan-kawan merupakan salah satu bukti nyata bahwa mereka kemudian benar-benar berbuat untuk menciptakan destinasi wisata yang berkelanjutan dan lebih baik dari kondisi awal eks tambang timah masyarakat yang dahulunya sangat berantakan.
Sampai saat ini program wisata edukasi dan wisata sekolah di Desa Wisata Kreatif Terong terus berjalan secara mandiri, tinggal keberlanjutannya yang mesti wajib terus dijaga dan ditingkatkan agar apa yang sudah dilakukan saat ini akan meninggalkan jejak-jejak baik untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya. Terbarukan untuk implementasi dari wisata edukasi selama periode tahun 2023 dan kuartal pertama tahun 2024 ini ada kecenderungan peningkatan secara kualitas kunjungan wisata edukasi dari berbagai sekolah baik lokal Belitung maupun dari luar daerah Belitung yang datang dan beraktifitas ke Desa Wisata Kreatif Terong Belitung. Terbarukan lagi malah awal bulan Mei 2024 ini ada kunjungan dua kali dari siswa/I kelas VII SMP NIZAMIA ANDALUSIA BOGOR yang melakukan aktifitas wisata edukasi tanam bibt mangrove, belajar tarian tradisional Belitung serta kulineran kue tradisional Belitung.
Yang menjadi tantangan bersama sekarang adalah bagaimana agar apa yang sudah berjalan di Desa Wisata Kreatif Terong Belitung dapat menularkannya kepada desa wisata atau destinasi pariwisata lain di Pulau Belitung agar dapat bangkit dan muncul dengan keunikan-keunikan aktifitas yang beragam sehingga lama tinggal wisatawan di Pulau Belitung akan lebih lama untuk memberikan dampak ekonomi yang luas bagi masyarakat lokal. Apa ini dianggap menjadi sebuah tantangan ? Jika iya ayo bangkit bersama dengan konsep regenerative tourism atau pariwisata regenerative sebagai sebuah evolusi yang keren dari sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan) yang sudah terlebih dahulu berjalan selama ini.
Mari dari Desa Membangun Pariwisata Indonesia yang semakin baik !!!
Penulis : Iswandi (Perintis Dan Penggerak Desa Wisata Kreatif Terong Belitung)