Mungkin banyak yang ingin menjadikan desanya menjadi sebuah desa wisata yang sukses, berkembang dan maju sehingga kemudian desanya menjadi terkenal, wisatawan banyak yang berkunjung dan kesejahteraan masyarakatnya terus meningkat.
Tapi pertanyaannya kemudian adakah yang pernah berpikir bagaimana seharusnya persiapan seseorang ketika ingin menjadi perintis desa wisata itu ? Kenapa perlu persiapan yang matang baik dari sisi mental maupun dari sisi fisik (raga/badan) ? Sebab saat seseorang merintis desa wisata hanya sekedar mengikuti trend kekinian atau hanya sekedar ingin ngetop atau bahkan hanya sekedar ingin dikunjungi Menteri Pariwisata Mas Sandiaga Uno lalu kemudian setelah itu menjadi desa wisata yang stagnan (berjalan ditempat) maka rasa-rasanya itu hanya menghabiskan energi percuma. Seorang perintis desa wisata itu harus kuat lahir bathin, punya komitmen kuat dan selalu konsisten untuk meyemangati drinya sendiri dan orang lain.
Lalu seperti apa persiapan ketika seseorang itu ingin menjadi perintis, penggerak, pengembang dan dan memajukan desa wisata_nya ?
1. Punya Niat Yang Kuat. Kenapa penting niat ? Karena dari niatlah menjadi titik awal penentu keberlanjutannya. Dari niat yang ikhlas, tulus dan semata-mata agar desanya bisa keluar dari zona nyaman maka akan terbagun energi positif luar biasa sebagai akibat ridho_NYA Yang Maha Kuasa dengan langkah/keputusan yang Kita ambil. Dengan niat yang kuat maka kemudian akan memunculkan keingintahuan berikutnya, akan muncul keinginan untuk belajar, menambah ilmu dan wawasan. Paling tidak ada kemauan untuk mulai belajar sendiri lewat platform-platform digital yang saat ini sudah sangat banyak bisa di akses pakai smartphone.
2. Punya Semangat Kuat. Persiapan berikutnya adalah harus punya semangat yang tidak pernah padam, konsisten dan komitmen. Ini penting dimiliki oleh seorang perintis dan penggerak desa wisata karena dalam perjalanan mengembangkan desa wisata nantinya akan banyak ditemui berbagai problematika, dinamika, tantangan dan halangan yang kadang datangnya tidak terduga. Semua itu bisa datang dari pihak eksternal (berasal dari luar komunitas desa wisata) maupun dari pihak internal (berasal dari dalam komunitas desa wisata sendiri). Tantangan yang datang dari pihak eksternal seperti belum terbangunnya kepercayaan sebagai sebuah desa wisata yang nyaman untuk dikunjungi wisatawan. Tantangan dari pihak internal seperti cemoohan sesama warga, bullyan,gangguan, ketidaknyamanan suasana karena masih ada saja yang berpikiran negatif sesama warga desa sebagai akibat belum terbangunnya pola pikir yang baik dari beberapa warga desa. Dan tantangan internal dari warga desa ini adalah tantangan terberat yang wajib dilalui oleh seorang perintis dan penggerak desa wisata. Melewati tahapan ini harus punya kesabaran yang ekstra serta jangan sekali-kali seorang perintis/penggerak desa wisata itu 'menyerang balik' warga desa yang membully/mencemooh itu. Jadikan itu penyemangat dan tugas mulia yang harus dituntaskan untuk memberikan pemahaman yang baik dengan pembuktian-pembuktian yang nyata di lapangan bahwa sesungguhnya apa yang Kita lakukan adalah untuk kemajuan desa, mengangkat harkat dan martabat desa serta untuk mensejahterakan mereka masyarakat desa.
3. Punya Jiwa Inovatif dan Kreatif. Dalam merintis dan mengembangkan sebuah desa wisata seorang perintis desa wisata jangan hanya berpikir bahwa hanya sebatas keindahan atau keunikan alam desanya yang dijual kepada wisatawan. Tetapi juga bagaimana mengemas semua aktifitas warga desa sehar-hari, budaya desa serta kearifan lokal desa dikemas menjadi sebuah paket wisata yang unik dan menarik sehingga kemudian aktifitas warga desa itu menjadi sesuatu yang baru bagi wisatawan bahkan menjadi sarana edukasi/belajar bagi wisatawan untuk memperkaya pengetahuan tentang keanekaragaman Indonesia yang sesungguhnya. Atau kalau dalam istilah kepariwisataan semua atraksi di desa termasuk keberadaan homestay di kemas menjadi sebuah produk wisata yang unik dan menarik. Maka kemudian jiwa inovatif dan kreatif ini sangat penting dimiliki seorang perintis/penggerak desa wisata agar desa wisata yang dikembangkan benar-benar berkarakter dan mencerminkan pengertian tentang desa wisata yang sebenarnya.
4. Adaftif. Artinya seorang perintis/penggerak desa wisata itu harus senantiasa selalu dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan terkini pariwisata Nusantara maupun pariwisata global. Terutama ketika dikaitkan dengan masa pandemi dan pasca pandemi yang tentunya sangat banyak mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik dari sisi cara memberikan pelayanan, kesiapan fasilitas yang harus lebih bersih dah higienis serta kemudian menjadi sebuah keniscayaan untuk beradaptasi dengan sistem digitalisasi desa wisata yang harus cepat beradaptasi. Sebab ketika tidak bisa cepat beradaptasi akan menyebabkan ketertinggalan sangat jauh tentang cara pengelolaan dan promosi desa wisata yang disukai oleh wisatawan di jaman yang serba digital ini. Yang paling mendasar dari sifat adaftif ini untuk seorang perintis/penggerak desa wisata adalah siap menerima kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak demi kemajuan desa wisata itu sendiri. Seorang perintis desa wisata yang otoriter dan anti kritik akan menjadikan sebuah desa wisata sebagai 'perusahaan pribadi' yang otoriter kepada sesama pengelola desa wisata. Jiwa adaftif juga bisa di artikan bagaimana seorang perintis/penggerak desa wisata bisa membagi waktunya (manajemen waktu) untuk mengelola desa wisata dengan waktu-waktu yang berkualitas bersama para warga desa dan pengurus desa wisata lainnya.
Semoga kemudian setelah membaca tulisan ini sebagai bagian dari pengalaman penulis dalam mengembangkan desa wisata bisa membawa manfaat untuk rekan-rekan semua, aamiin ....
Dari Desa Membangun pariwisata Indonesia !!!
Penulis : Iswandi