Pengembangan program desa wisata di suatu desa itu sebenarnya tidak akan terlalu sulit jika berangkat dari cara berpikir yang benar, membangun kebersamaan dan menjaga komitmen bersama. Dan yang pasti bukan berangkat dari cara berpikir dan bertindak euphoria pariwisata yang berlebinan (kebablasan), tanpa menyiapkan dasar dan pondasi yang kuat di tingkat masyarakat desa.
Maksud harus berangkat dari cara berpikir yang benar itu adalah bahwa awal pengembangan suatu desa menjadi desa wisata bukan berarti harus dimulai dengan mengubah “wajah” desa menjadi serba mewah, serba waah dan membangun infrastruktur yang jauh dari kearifan lokal setempat. Apalagi kemudian orientasinya adalah mengejar yang serba kuantitas tanpa memperhatikan kualitas dari dampak yang di timbulkan. Misalnya euphoria mengejar jumlah kunjungan wisatawan sebanyak-banyaknya tapi kemudian melupakan dampak lingkungan yang ditimbulkan seperti dampak sampah yang banyak, kerusakan suatu ekosistem flora dan fauna termasuk menjadi tergerusnya jati diri dan budaya lokal.
Artinya kemudian hal paling mendasar yang harus dilakukan ketika mau memulai pengembangan program desa wisata itu dimulai dengan memperkuat pemahaman sumber daya manusianya (SDM). Memberikan pemahaman untuk memperkuat sumber daya manusia di desa itu juga tidak boleh serta merta dipaksakan harus cepat, tapi banyak proses yang harus dilalui. Proses-proses itu seperti cara melakukan pendekatan kepada masyarakat, mengajak masyarakat untuk mulai berbuat, mengajak masyarakat untuk mulai sadar bahwa sebenarnya hidup di desa itu lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Termasuk membangun rasa bangga menjadi orang desa yang sudah sedemikian luar biasa dititipkan Sang Pencipta alam yang sangat subur, hijau dan indah.
Pemahaman kerennya adalah bahwa sebenarnya pariwisata bisa tumbuh dan berkembang di suatu desa wisata itu sebagai sebuah bonus dari potensi sumber daya manusia yang sudah sadar pariwisata, ada alam yang indah dan menyimpan banyak potensi untuk sumber kehidupan di desa serta ada budaya desa yang berkearifan lokal sebagian bagian dari cara hidup beretika, beradab dan saling menghargai yang semuanya dengan maksud untuk bersahabat dengan alam itu sendiri (manusia dan lingkungan).
Benang merah pertama yang bisa ditarik dari uraian pendek di atas tentang strategi dan konsep awal pengembangan suatu desa wisata yang paling penting ketika dikaitkan dengan pentingnya penguatan sumber daya manusia adalah masyarakat desa harus mulai menyadari bahwa sebenarnya konsep desa wisata itu bukan semata hanya sebagai suatu destinasi untuk sekedar orang berwisata, tetapi yang paling keren adalah bahwa desa wisata itu sebagai “sebuah sekolah” untuk banyak pihak luar belajar tentang berbagai hal seperti budaya dan kearifan lokal yang unik. Makanya kemudian ketika suatu desa wisata itu sudah berjalan ada istilah kemasan paket wisata edukasi, yang di dalamnya ada berbagai aktifitas lokal di desa yang bisa mereka lakukan secara bersama dengan masyarakat lokal sebagai pemandunya dan tidak akan pernah mereka (wisatawan) temui di daerah perkotaan atau di daerah-daerah lainnya.
Ketika pemahaman sudah benar tentang konsep desa wisata, maka benang merah kedua adalah sangat penting untuk membentuk kelembagaan desa wisata (Pokdarwis dan Desa Wisata) yang kuat sebagai wadah untuk mengorganisir semua kegiatan desa wisata, wadah belajar dan menambah wawasan tentang desa wisata, wadah bertukar pendapat dan sharing serta wadah silaturahim antar pengurus, pengelola dan pemerintahan desa setempat.
Dengan adanya kelembagaan desa wisata yang tertib maka segala dokumentasi dan data-data dasar (Struktur pengurus kelembagaan desa wisata, profile desa wisata, rencana program kerja, susunan paket desa wisata dan sebagainya) tentang potensi wisata akan dapat terpetakan dengan baik. Sebab dalam era sekarang yang serba membutuhkan data yang benar dan selalu update akan menunjukkan bahwa suatu kelembagaan atau organisasi itu benar-benar berjalan dan hidup.
Biasanya juga data-data yang selalu update yang bisa diperlihatkan kepada berbagai pihak termasuk misalnya kepada pihak Dinas Pariwisata yang bersangkutan dan pihak Kementerian Pariwisata Republik Indonesia menjadi bahan paling penting untuk dipertimbangkan dan dimasukkan ke berbagai program pengembangan pariwisata Indonesia yang berbasis komunitas dan berbasis masyarakat.
Pastinya kelembagaan suatu desa wisata akan kuat ketika semua di awali dengan niat untuk berbuat bersama, saling menghargai dan selalu menghadirkan kebersihan hati di setiap langkah yang dijalani.
Benang merah yang ketiga adalah kelembagaan desa wisata yang sudah berjalan harus mampu membangun jejaring pariwisata dengan baik. Membangun jejaring yang di awali dengan membangun pola komunikasi yang intens dengan berbagai pihak adalah syarat mutlak jika ingin ada percepatan desa wisata yang dibangun. Sebab semua telah sepakat bahwa sektor pariwisata sebagai sebuah leading sektor tentu membutuhkan sektor-sektor lain sebagai sektor pendukung. Sektor-sektor pendukung pariwisata (desa wisata) seperti pemerintah desa setempat, pemerintah kabupaten, dinas pertanian, dinas perikanan dan kelautan, dinas kehutanan, dinas pekerjaan umum dan lain sebagainya.
Dan benang merah yang terakhir atau keempat adalah sangat pentingnya dukungan penuh dari pemerintahan desa setempat (Kepala Desa beserta aparatur desa dan BPD setempat). Sebab lahirnya suatu program desa wisata tentu pasti atas restu dan bentukan dari pemerintah desa itu sendiri. Sejatinya adalah pembentukan program desa wisata di suatu desa itu jangan hanya di anggap sebagai sebuah kewajiban yang hanya sebatas membentuk kelembagaannya saja, setelah itu mereka masyarakat desa yang terlibat di dalamnya dilepas begitu saja tanpa ada pembinaan dan pendampingan yang terus menerus dari pihak pemerintah desa.
Pembinaan dan pendampingan yang terus menerus itu baik berupa penyiapan sumber daya manusianya dalam bentuk pelatihan-pelatihan maupun berupa pembangunan sarana dan prasarana desa wisata yang pelaksanaannya bisa bersumber dari dana desa.
Yang pasti semua bisa berjalan dengan baik karena ada niat yang tulus di awalnya. Tentang adanta tantangan, pro dan kontra dalam suatu proses pembangunan, anggap itu adalah sebuah dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang pasti akan ada solusinya inshaaAllah … aamiin yra !!!
(Penulis : Iswandi)